Selasa, 13 April 2010

TUGAS ASKEB IV PATOLOGIS MINGGU I

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN IV DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN
PERTEMUAN I OLEH IBU NOORMA HADIYATI,SST







Di susun Oleh:
ALIMAH (S.08.235)
KELAS : A



AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2010





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “”. Pembua. Pemanfaatan partograf pada setiap persalinan kala 1 fase aktif “ laporan ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat pada saat kuliah, dengan ilmu yang didapat saat praktik di lapangan serta untuk menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Penulisan laporan ini dapat terselesaikan atas bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu kami, untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Anggrita Sari, S.SI.T, M.Pd selaku Direktur Akbid Sari Mulia
2. Dosen pengajar Noorma Hadiyati,SST
Kami menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik Sdan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, harapan dari kami adalah semoga laporan ini dapat memberikan wawasan baru untuk kita semua.


Banjarmasin, Desember 2009



Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2005 : 1).
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan tersebut, dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular, kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan antar kelompok status sosial ekonomi, belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan, serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan (Departemen Kesehatan, 2005 : 1).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan penyakit (Preventif), penyembuhan penyakit (Kuratif), dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan berkesinambungan (Anonim, 2004: 67).
Berdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan (Prawirohardjo, 2002).
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKB dan AKI. Berdasarkan data BPS tahun 2007, AKB di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurut data SDKI 2007 AKI di Indonesia menunjukkan angka 228 per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 AKI maternal menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 98 per 1.000 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Bayi tahun 2008 sedikitnya mencapai 38 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008). Sedangkan AKI maternal pada tahun 2008 di Kabupaten Majalengka sebesar 131 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus kematian bayi mencapai 106 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2009).
Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 1998). Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap (Depkes RI, 2007).
Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenyataannya keterampilan petugas tenaga kesehatan maupun penolng persalinan dalam penggunaan partograf masih kurang diterapkan. Oleh karena itu bagi calon tenaga kesehatan terutama mahasiswa institusi pendidikan kesehatan perlu dipersiapkan sedini mungkin untuk menguasai dan mengaplikasikan kemampuan partograf tersebut sedini mungkin. Jenjang pendidikan akademik diploma III merupakan jenjang pendidikan tinggi. Menurut Notoadmojo (2003) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi dan semkin luas pengetahuannya.
Kenyataannya pengetahuan mahasiswa Tingkat II Semester III Program D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun ajaran 2009/2010 masih rendah. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penyebaran kuesioner kepad 75 mahasiswa tentang pengetahuan partograf diketahui sebesar 64,5% mahasiswa kurang memiliki pengetahuan tentang partograf .











BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Deteksi Dini Penyulit Persalinan
II. Pemanfaatan partograf pada setiap persalinan kala 1 fase aktif
A.Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan dernikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru 1ahir
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Artikel ini akan memberikan gambaran mengenai kala satu persalinan dan asuhan bagi ibu selama waktu tersebut dan juga mendefenisikan proses fisiologis persalinan normal. Juga dijelaskan bagaimana cara memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan, melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan. Selain itu, dikaji pula tentang deteksi dini dan penatalaksanaan awal berbagai masalah dan penyulit, kapan dan bagaimana cara merujuk ibu.


B.Tanda Dan Gejala
a. Nyeri abdomen yang bersifat intermiten setelah kehamilan 22 minggu.
b. Nyeri disertai lendir darah.
c. Adanya pengeluaran cairan dari vagina
C. Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu :
1. Kala 1
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servik sampai pembukaan lengkap yaitu 10 cm.
2. Kala 2
Dimulai ketika pembukaan sudah lengkap sampai bayi lahir.
3. Kala 3
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berkhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
4. Kala 4
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir setelah 2 jam setelah itu

D. Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk:
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalina
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat wa
E. Partograf harus digunakan:
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan da1am
memantau, mengeva1uasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dll).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum.
d. Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
e. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka
F. Partograf tidak dibuat pada kasus-kasus :
a. Partus prematuru.
b. Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
c. Akan dilakukan seksio sesar elektif
d. Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
e. Bekas seksio sesar 2 kali
f. Bekas seksio sesar klasik
g. Kasus preeklampsia dan eklampsia
G. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
a. Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam
b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 4 jam
c. Nadi: setiap 1/2 jam
d. Pembukaan serviks: setiap 4 jam
e. Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
g. Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

ika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.

Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi
untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya
meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh
meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan
pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten
berlangsung lebih dari 8 jam.
H. Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, yaitu:
a. Informasi tentang ibu:
1. nama, umur;
2. gravida, para, abortus (keguguran);
3. nomor catatan medikl/nomor puskesmas;
4. tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu);
5. waktu pecahnya selaput ketuban
b. Kondisi janin:
1. Djj;
2. Warna dan adanya air ketuban;
3. Penyusupan (molase) kepala janin
4. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
5. 5. Garis waspada dan garis bertindak..
c. Jam dan waktu:
1. Waktu mulainya fase aktif pers'alinan;
2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian .
d. Kontraksi uterus:
1. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
2. Lama kontraksi (dalam detik) .
I. Mencatat Temuan Pada Partograf
a. lnformasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
b. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin)
c. Denyut jantung janin
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian
hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160. untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran
normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dari kedua sisi partograf.
d. Warna dan adanya air ketuban
e. Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah.
f. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
Lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
a) U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
b) J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
c) M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
d) D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
e) K :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk, Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir
g. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar detajat
penyusupan atau tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi
kepala-panggul (CPD). Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi
ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada
dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin
serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambanglambang
berikut ini:
a. 0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
b. 1 ; tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuha
c. 2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahka
d. 3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks. Nilai setiap angka
sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan
kotak tersendiri.

Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah
janin tercantum arigka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus
menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin,
kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari
setiap pemeriksaan. Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.

Perhatikan:
• Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya
• pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
• Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)


2. Penurunan bagian terbawah janin
Setap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tandatanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm. Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai cantah, jika hasil pemeriksaan palpasi kepaia di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4. Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus


3. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll).
Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya :
persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki
kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri. Garis bertindak tertera
sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah
melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada di
tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Jam dan waktu
a. Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan Di bagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian Di bawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan
lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi
dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa
dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00,
cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang
tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur
waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
4. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi . Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi

J.Penatalaksanaan
a. Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin,
obat-obat lainnya dan cairan IV
b. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
c. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.
d. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang
untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
• Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
• Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
e. Volume urin, protein dan aseton
Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkernih).
Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam
urin
f. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu
saat membuat catatan persalinan Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
a. Jumlah cairan per oral yang diberikan
b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
d. Persiapan sebelum melakukan rujukan


















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Anonim, 2004. Undang- Undang Praktek Kedoteran No.29. Jakarta : Fokus Media
Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran sebagai Pengantar, Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Setiap 2 Jam Ibu Bersalin Meninggal Dunia .Jakarta. Tersedia : http//www.depkes.com .Akses tanggal 21-01-2010.
.2007 .Asuhan Persalinan Normal . Jakarta : JNPKKR
Dinkes Prov. Jabar. 2008 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Bandung : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dinkes Kab. Majalengka. 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2008. Majalengka : Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Notoatmojo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Prawirhardjo. 2002. Pelayanan Maternal Neonatal . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sofyan. M, 2006, Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI, Jakarta.
Sugiyono. 2009. Statistik Metode Penelitian Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar